FOTOGRAFI
Kempetensi Dasar Pengetahuan dan Keterampilan
3.10 Menganalisis ilmu Fotografi
3.10 Menganalisis ilmu Fotografi
3.10.1 Menggunakan ilmu Fotografi
3.10.2 Menganalisis ilmu Fotografi
4.10 Mengembangkan
referensi gambar sesuai ilmu
Fotografi
4.10.1 Menggunakan
referensi gambar sesuai ilmu
Fotografi
4.10.2 Mengembangkan
referensi gambar sesuai ilmu
Fotografi
1. Pengertian Fotografi
Fotografi berasal dari kata
‘photos’ berarti cahaya, dan ‘graphos’ berarti menggambar yaitu bagaimana kita
menggambar menggunakan cahaya. Sebuah karya foto tidak dapat dihasilkan tanpa
menggunakan cahaya. Pembentukan gambar mati tersebut melalui suatu media
disebut kamera. Alat ini mendistribusikan cahaya ke suatu bahan yang sensitif
(peka) terhadap cahaya disebut negatif atau film. Sebenarnya pengertian
fotografi tidak hanya terbatas dari definisi kata per kata, tetapi dalam
cakupan lebih luas lagi dapat fotografi diartikan sebagai suatu proses
pengambilan gambar dengan media kamera, penciptaan gaya, teknik kemudian
mengubahnya dalam sebuah gambar.
Melihat pengertian tersebut
terlihat ada persamaan antara fotografi dan karya seni lukis atau menggambar.
Yang jelas perbedaannya terletak pada media yang digunakannya. Bila dalam seni
lukis yang dipakai gambar dengan menggunakan media warna (cat), kuas dan
kanvas. Sedangkan dalam fotografi menggunakan cahaya yang dihasilkan lewat
kamera. Tanpa adanya cahaya yang masuk dan terekam di dalam kamera, sebuah
karya seni fotografi tidak akan tercipta.
Selain itu, adanya film yang terletak di dalam
kamera menjadi media penyimpan cahaya tersebut. Film yang berfungsi untuk
merekam gambar tersebut terdiri dari sebuah lapisan tipis, lapisan itu
mengandung emulsi peka di atas dasar yang fleksibel dan transparan. Emulsi
mengandung zat perak halida, yaitu suatu senyawa kimia yang peka cahaya yang
menjadi gelap jika terekspos oleh cahaya. Ketika film secara selektif terkena
cahaya yang cukup maka sebuah gambar tersembunyi akan terbentuk. Tentunya
gambar tersebut akan terlihat jika film yang telah digulung ke dalam
selongsongnya kemudian dicuci dengan proses khusus.
Aktivitas berkreasi dengan
cahaya tersebut tentunya sangat berhubungan dengan pelakunya (subjek) dan objek
yang akan direkam. Setiap pemotret mempunyai cara pandang yang berbeda tentang
kondisi cuaca, pemandangan alam, tumbuhan, kehidupan hewan serta aktivitas
manusia ketika melihatnya di balik lensa kamera. Cara memandang atau persepsi
inilah yang kemudian direfleksikan lewat bidikan kamera. Hasilnya sebuah karya
foto yang merupakan hasil ide atau konsep dari si pembuat foto.
Andreas Feininger (1955)
pernah menyatakan bahwa "kamera hanyalah sebuah alat untuk menghasilkan
"karya seni". Nilai lebih dari karya seni itu dapat tergantung dari
orang yang mengoperasikan kamera tersebut. Tampaknya ungkapan Feininger ada
benarnya. Bila kamera diumpamakan sebagai gitar, tentunya setiap orang bisa
memetik dawai gitar tersebut. Tapi belum tentu mampu memainkan lagu yang indah
dan enak didengar. Begitu halnya dengan kamera, setiap orang dapat saja
menjeprat-jepret dengan kamera untuk menghasilkan sebuah objek foto, tapi tidak
semua orang yang mampu memotret itu menghasilkan karya imaji yang mengesankan.
Sebuah foto yang sarat akan nilai dibalik guratan warna dan komposisi
gambarnya. Bila sebuah karya foto adalah hasil kreativitas dari si pemotret,
tentu saja ada respon dari orang yang memandangnya. Almarhum Kartono Ryadi,
fotografer kawakan di negeri ini pernah berkomentar, bahwa foto yang bagus
adalah foto yang mempunyai daya kejut dari yang lain.
Menurut dia foto yang bagus
adalah foto yang informatif yang mencakup konteks, content, dan komposisi (tata
letak dan pencahayaan). Maksud dia, konteks berarti ada hal yang ingin
divisualkan dengan jelas, misalnya tentang pemandangan. Di sisi lain, istilah
content maksudnya apa yang ingin ditampilkan untuk memenuhi konteks gambar
tersebut.
2. Sejarah Fotografi
Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi.
Dalam buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University
of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi
(SM), seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada
dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian
dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik
lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena camera
obscura
Cara kerja kamera obscura
Cara kerja kamera obscura
inilah model kamera pertama. Beberapa
abad kemudian, banyak orang yang menyadari serta mengagumi fenomena ini,
beberapa diantaranya yaitu Aristoteles pada abad ke-3 SM dan seorang ilmuwan
Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM, dan kemudian berusaha untuk
menciptakan serta mengembangkan alat yang sekarang dikenal sebagai kamera.
Pada tahun 1558, seorang ilmuwan Italia,
Giambattista della Porta menyebut ”camera obscura” pada sebuah kotak yang
membantu pelukis menangkap bayangan gambar
(Bachtiar: 10).
Menurut Szarkowski dalam
Hartoyo (2004: 21), nama camera obscura diciptakan olehJohannes Keppler pada
tahun 1611:“By the great Johannes Keppler has designed a portable camera
constructed as a tent, and finaly give a device a name that stuck: camera
obscura… The interior of the tent was dark except for the light admitted by a
lens, which foucussed the image of the scene outside onto a piece of paper.”
(Pada tahun 1611 Johannes Keppler membuat desain kamera portable yang dibuat
seperti sebuah tenda, dan akhirnya memberi nama alat tersebut sebuah nama yang
terkenal hingga kini: camera obscura… Keadaan dalam tenda tersebut sangat gelap
kecualisedikit cahaya yang ditangkap oleh lensa, yang membentuk gambar keadaan
di luar tenda di atas selembar kertas).
Fotografi mulai tercatat resmi
pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan
manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada
tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di
Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan
teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa
dibuat permanen.
Fotografi kemudian berkembang
dengan sangat cepat. Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 22), arsitek utama
dunia fotografi modern adalah seorang pengusaha, yaitu George Eastman. Melalui
perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan
fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang
praktis, sejalan dengan perkembangan dalam dunia fotografi melalui perbaikan
lensa, shutter, film dan kertas foto.
Tahun 1950 mulai digunakan
prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan
pada tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi
kamera NIKON. Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh
Edwin Land. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses
pengembangan dan pencetakan film.Kemajuan teknologi turut memacu fotografi
secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan
gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet
mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.
3. Tujuan
Fotografi
Tujuan fotografi bila ditinjau dari bidang dan
lapangan penerapan menjadi
- Penerangan bertujuan untuk mendidik, atau memungkinkan pengambilan keputusan yang benar. Contoh foto disurat kabar, majalah, buku petunjuk dan lain-lain.
- Informasi untuk tujuan tertentu bertujuan untuk menarik perhatian seseorang.
- Penemuan Bertujuan untuk membuka lapangan pekerjaan baru, memperluas cakrawala dan pandangan intelektual, serta meningkatkan taraf hidup. Contoh, foto untuk keperluan riset dan pengetahuan baru
- Pencatatan untuk mengabadikan pengetahuan dan kenyataan. Contoh, foto katalog, reproduksi karya seni.
- Hiburan untuk memunculkan kemungkinan sumber hiburan yang terbatas dan untuk kesenangan. Contoh, foto perjalanan, pemoteretan amatir cerita bergambar dsb. Pribadi hampir tiap obyek dapat di abadikan secara tidak terbatas dan berbeda-beda.
- Dengan gambar dapat diutarakan tentang dunia perasaan, ide dan pikiran-pikiran mereka.
4. Unsur-unsur
Fotografi
Suatu karya fotografi harus diapresiasi dengan
cara dideskripsikan dengan unsur-unsur yang terkandung didalamnya, antara lain
:
a. Obyek
foto (Subject Matter): orang, benda,tempat atau kejadian yang ada
didalam fototersebut, serta menyebutkan karakter obyek-obyek tersebut. Misal :
gedung tinggi yang monumental, anak-anak yang sedang berlari riang gembira,
dll.
b. Bentuk
dan teknik
- Unsur-unsur yang menyusun, mengatur dan membangun foto yaitu titik, garis, bidang, bentuk, warna, cahaya, tekstur, massa, ruang dan volume.
- Deskripsi tinjauan pada : rentang nada warna/hitam-putih, kontras objek, kontras kertas, format film, sudut pandang, jarak objek, lensa yang dipakai, pembingkaian, ruang tajam, tingkat ketajaman folus, ketajaman butiran, dsb.
- Menggunakan prinsip-prinsip desain seperti skala, proporsi, kesatuan dalam keragaman, keseimbangan, arah gaya dan penekanan.
c. Media
(Medium) :
Deskripsi media dapat mencakup unsur teknis seperi unsur penyinaran, alat bantu
penyinaran, alat bantu pemotretan, dsb. Mencakup semua aspek yang turut
membangun terciptanya ekspresi si seniman pada karya foto serta dampak yang
timbul bagi pelihatnya.
d. Gaya
(Style) : adalah menyangkut spirit jaman, gerakan seni, periode
waktu, dan faktor geografi yang mempengaruhi seniman dalam membuat karya foto,
yang bisa dikenali dari karya foto, teknis pemotretan dan media foto.
5. Kategori
Fotografi
Dari masa ke masa orang
membuat kategori fotografi berdasarkan obyek (subject matter) atau bentuknya
(form), tetapi dalam perkembangannya sebagai salah satu media komunikasi
visual, dirasa perlu membuat suatu kategori baru yang dapat mengakomodasi
setiap jenis foto yang ada / dibuat. Kategori yang dibuat harus mencakup
seluruh jenis fotografi dari mulai foto seni atau non-seni, foto dokumentasi
keluarga sampai foto yang dipamerkan di museum atau galeri. Penggolongan suatu
foto ke dalam suatu kategori diperlukan suatu interpretasi awal. Kedudukan foto
dalam suatu kategori sangat penting dalam rangka membaca atau menginterpretasi
foto tersebut lebih lanjut dalam konteksnya. Kategori baru ini diklasifikasi
berdasar pada bagaimana suatu karya foto dibuat dan apa fungsi dari karya foto
tersebut (Barret, Terry, 2000, p.54). Menurut Barret kategori fotografi adalah
sbb:
a. Foto
deskriptif (descriptive photographs).
Foto-foto yang termasuk dalam
kategori ini adalah :
- Foto identitas diri (pasfoto),
- Foto medis atau klinis (foto sinar-x),
- Foto mikrografi (foto hasil pengamatan suatu obyek dari mikroskop),
- Foto eksplorasi kebumian dan angkasa luar,
- Foto pengintaian (kepolisian dan militer / penegak hukum), Foto reproduksi benda seni / lukisan, dsb.
Foto-foto jenis ini secara
akurat menggambarkan benda (subject matter) yang direpresentasikannya. Contoh
foto karya Daniel H. Gould (1971) yang menggambarkanpartikel virus penyebab
kanker di bawah mikroskop dengan perbesaran 52.000 kali (lampiran foto A, foto
5). Foto seperti ini memungkinkan dokter melakukan studi atas mekanisme
pembentukan penyakit kanker dan menemukan terapi atau pencegahan yang tepat
atas penyakit tersebut.
b. Foto
yang menjelaskan sesuatu (explanatory photographs).
Foto jenis ini memiliki sifat
menjelaskan suatu fenomena, kejadian, yang dapat menjadi bukti visual dari
suatu teori ilmiah, baik ilmu fisik maupun ilmu sosial (sosiologi visual dan
antropologi visual).
Foto-foto yang termasuk dalam
kategori ini biasanya menunjukkan tempat dan waktu spesifik yang dapat menjadi
bukti visual yang dapat dilacak kebenarannya. Untuk dapat masuk dalam kategori
ini suatu foto harus menunjukkan penjelasan visual yang dapat diverifikasi
dalam disiplin ilmu tertentu oleh seorang pakar dalam ilmu tersebut. Contohya
Foto karya Harold Edgerton yang menggambarkan foto dirinya memegang balon yang
meletus ditembus peluru menunjukkan sifat lintasan proyektil peluru ketika
ditembakkan. Dengan foto seperti ini dapat diverifikasi (oleh ahli fisika)
bahwa proyektil peluru memiliki kecepatan 15.000 mil/jam dan ketika menumbuk
suatu benda keras proyektil peluru dapat pecah menjadi fragmen-fragmen.
c. Foto
Interpretasi (Interpretive photographs).
Tidak seperti foto ilmiah yang
sangat obyektif, foto interpretasi lebih bersifat simbolik, puitik, fiksi,
dramatik dan diinterpretasi secara subyektifpersonal. Foto interpretasi pada
umumnya dibuat (making photographs) bersifat hasil kreasi (expansive moments)
dan bukan diambil (taking photographs) seperti halnya foto candid atau
menemukan momen seperti foto dokumenter-jurnalistik (decisive moments).
d. Foto
etik
(ethically evaluative photographs).
Kategori ini memuat foto-foto
yang memuat aspek-aspek sosial kemasyarakatan yang harus dinilai secara etik.
Foto-foto tentang perang dan akibatnya (masalahpengungsi, imigran), penyakit
menular yang mematikan (AIDS, SARS, dll.), wabah dan kelaparan, kehidupan kelas
bawah (pengemis, anak jalanan, dll.), ketergantungan narkoba, isu-isu
etnik-agama-ras seperti karya Carrie Mae Weems, serta perusakan lingkungan,
masuk dalam kategori ini. Iklan politik dan propaganda pemerintah serta iklan
komersial (baik produk maupun jasa) juga masuk dalam kategori ini. Foto-foto
etik ini umumnya juga membawa misi meningkatkan hubungan kemasyarakatan yang
dibangun dari kesadaran dan kepedulian akan perbedaan. Selain
menggambarkankepincangan sosial, foto-foto etik ini bisa saja menggambarkan
sesuatu yang positif, misalnya potret tokoh wanita yang inspirasional (seperti
Indira Gandhi, Margaret Tatcher, dll). Kategori ini juga mengakomodasi
foto-foto yang menggambarkan kehidupan masyarakat dalam suatu sistem
ekonomi-politik tertentu (kapitalis-liberal, sosialis-marxis, dll.).
e. Foto
estetik (aesthetically evaluative photographs).
Kategori ini mencakup karya
foto yang biasa kita sebut ”foto seni”, fotofoto yang memerlukan tinjauan dan
kontemplasi estetik. Foto-foto ini adalah tentang benda sebagai obyek estetik
yang difoto dengan cara estetik. Umumnya foto-foto nude tentang studi bentuk
tubuh manusia, foto-foto lansekap (alam, kota, atau gabungan bangunan dengan
alam) ala Ansel Adams, foto still life, foto jalanan (street photography) ala
Henri Cartier-Bresson, foto mosaik, foto eksperimental kamar gelap (alternative
processes), masuk dalam kategori ini. Dibandingkan dengan kategori lainnya,
foto estetik lebih mengeksplorasi bentuk (form) dan media (medium) daripada
obyeknya (subject matter) sendiri (karya Jock Struges dan karya John Coplans).
Obyek foto boleh jadi tidak indah seperti contoh foto Richard Misrach yang
menggambarkan sapi-sapi yang mati di pinggir jalan bersalju.
f. Foto
teori (theoretical photographs).
Kategori ini mencakup foto
tentang fotografi, foto tentang seni dan pembuatan karya seni, politik seni,
foto tentang film, model representasi, dan teoriteori tentang fotografi. Foto
jenis ini biasanya menjadi semacam reproduksi dari suatu karya seni. Apa yang
kita kenal sebagai seni konseptual serta fotografi konseptual masuk dalam
kategori ini seperti karya Zeke Berman dan Sarah Charlesworth.
6. Jenis-jenis foto
Kategori-kategori tersebut
diatas dapat di breakdown lagi kedalam jenis-jenis foto, bertujuan untuk
memperkenalkan beberapa jenis foto sebagai referensi lebih jauh lagi dalam
memperdalam pengetahuan dunia fotografi. Jenis-jenis foto disini hanya sebagai
pengelompokan secara garis besar, yang membantu mempermudah kita dalam memahami
sebuah karya fotografi, dan ini bukan sebagai penggolongan yang paten untuk
menghasilkan karya foto.
a. Foto Manusia
Foto manusia adalah semua foto
yang obyek utamanya manusia, baik anak-anak sampai orang tua, muda maupun tua.
Unsur utama dalam foto ini adalah manusia, yang dapat menawarkan nilai dan daya
tarik untuk divisualisasikan. Foto ini dibagi lagi menjadi beberapa kategori
yaitu :
- Portrait
Portrait adalah foto yang
menampilkan ekspresi dan karakter manusia dalam kesehariannya. Karakter manusia
yang berbeda-beda akan menawarkan image tersendiri dalam membuat foto portrait.
Tantangan dalam membuat foto portrait adalah dapat menangkap ekspresi obyek
(mimic, tatapan, kerut wajah) yang mampu memberikan kesan emosional dan
menciptakan karakter seseorang (Human
Interest)
Human Interest dalam karya
fotografi adalah menggambarkan kehidupan manusia atau interaksi manusia dalam
kehidupan sehari-hari serta ekspresi emosional yang memperlihatkan manusia
dengan masalah kehidupannya, yang mana kesemuanya itu membawa rasa ketertarikan
dan rasa simpati bagi para orang yang menikmati foto tersebut.
- Stage Photography
Stage Photography adalah semua
foto yang menampilkan aktivitas/gaya hidup manusia yang merupakan bagian dari
budaya dan dunia entertainment untuk dieksploitasi dan menjadi bahan yang
menarik untuk divisualisasikan.
- Sport
Foto olahraga adalah jenis
foto yang menangkap aksi menarik dan spektakuler dalam event dan pertandingan
olah raga. Jenis foto ini membutuhkan kecermatan dan kecepatan seorang
fotografer dalam menangkap momen terbaik.
- Fotografi Glamour (Glamour Photography)
Orang awam kadang-kadang
menyamakannya dengan pornografi, mungkin karena menampilkan ke seksian dan
erotis tetapi sebenarnya bukanlah suatu hal yang porno. Alih-alih berfokus pada
ketelanjangan atau pose seram, fotografi glamour berusaha untuk menangkap objek
dalam pose yang menekankan kurva dan bayangan. Seperti namanya, tujuan
fotografi glamor adalah untuk menggambarkan model dalam cahaya glamor.
- Fotografi Pernikahan (Wedding Photography)
Fotografi pernikahan adalah
campuran dari berbagai jenis fotografi. Meskipun albumpernikahan adalah sebuah
foto dokumenter dari hari pernikahan, foto pernikahan dapat diolah dan diedit
untuk menghasilkan berbagai efek. Sebagai contoh, seorang fotografer bisa
mengolah beberapa gambar dengan toning sepia untuk memberi mereka lihat, lebih
klasik abadi.
Sebagai tambahan, seorang
fotografer pernikahan harus memiliki keahlian dalam fotografi potret, mereka
juga harus menggunakan teknik foto yang glamor untuk mengabadikan momen
terbaik.
b. Foto
Nature
Dalam jenis foto nature obyek utamanya adalah
benda dan makhluk hidup alami (natural) seperti hewan, tumbuhan, gunung, hutan
dan lain-lain.
- Foto Flora
Jenis foto dengan obyek utama tanaman dan
tumbuhan dikenal dengan jenis foto flora. Berbagai jenis tumbuhan dengan segala
keanekaragamannya menawarkan nilai keindahan dan daya tarik untuk direkam
dengan kamera.
- Foto Fauna
Foto fauna adalah jenis foto dengan berbagai
jenis binatang sebagai obyek utama. Foto ini menampilkan daya tarik dunia
binatang dalam aktifitas dan interaksinya.
- Foto Lanskap
Foto lanskap adalah jenis foto
yang begitu popular seperti halnya foto manusia. Foto lanskap merupakan foto
bentangan alam yang terdiri dari unsur langit, daratan dan air, sedangkan
manusia, hewan, dan tumbuhan hanya sebagai unsur pendukung dalam foto ini. Ekspresi
alam serta cuaca menjadi moment utama dalam menilai keberhasilan membuat foto
lanskap.
c. Foto
Arsitektur
Kemanapun anda pergi akan
menjumpai bangunan-bangunan dalam berbagai ukuran, bentuk, warna dan desain.
Dalam jenis foto ini menampilkan keindahan suatu bangunan baik dari segi
sejarah, budaya, desain dan konstruksinya. Memotret suatu bangunan dari
berbagai sisi dan menemukan nilai keindahannya menjadi sangat penting dalam
membuat foto ini. Foto arsitektur ini tak lepas dari hebohnya dunia arsitektur
dan teknik sipil sehingga jenis foto ini menjadi cukup penting peranannya.
d. Foto
Still Life
Foto still life adalah
menciptakan sebuah gambar dari benda atau obyek mati. Membuat gambar dari benda
mati menjadi hal yang menarik dan tampak “hidup”, komunikatif, ekspresif dan
mengandung pesan yang akan disampaikan merupakan bagian yang paling penting
dalam penciptaan karya foto ini. Foto still life bukan sekadar menyalin atau
memindahkan objek ke dalam film dengan cara seadanya, karena bila seperti itu
yang dilakukan, namanya adalah mendokumentasikan. Jenis foto ini merupakan
jenis foto yang menantang dalam menguji kreatifitas, imajinasi, dan kemampuan
teknis.
e. Foto
Jurnalistik
Foto jurnalistik adalah foto
yang digunakan untuk kepentingan pers atau kepentingan informasi. Dalam
penyampaian pesannya, harus terdapat caption (tulisan yang menerangkan isi
foto) sebagai bagian dari penyajian jenis foto ini.
Jenis foto ini sering kita jumpai dalam media
massa (Koran, majalah, bulletin, dll).
f. Fotografi
Makro (Macro Photography)
Fotografi makro adalah jenis
fotografi dengan pengambilan gambar dari jarak dekat. Fotografi ini membutuhkan
peralatan yang canggih dan mahal, akan tetapi fotografer amatir dapat berlatih
dengan menggunakan mode macro pada kamera digital. Objek fotografi makro dapat
berupa serangga, bunga, bulir air atau benda lain yang kalau di close-up kan
akan menghasilkan detail yang menarik.
g. Fotografi
Mikro (Micro Photography)
Fotografi mikro menggunakan
kamera khusus dan mikroskop untuk menangkap gambar objek yang sangat kecil.
Kebanyakan aplikasi fotografi mikro paling cocok untuk dunia ilmiah. Misalnya,
fotografi yang digunakan dalam disiplin ilmu yang beragam seperti astronomi,
biologi dan kedokteran.
h. Fotografi
Aerial (Aerial Photography)
Seorang fotografer aerial
mempunyai spesialisasi dalam mengambil foto dari udara. Foto dapat digunakan
untuk survei atau konstruksi, untuk memotret burung atau cuaca pada film atau
untuk tujuan militer. Fotografer aerial biasanya menggunakan pesawat, parasut,
balon dan pesawat remote control untuk mengambil foto dari udara.
i. Fotografi
Bawah Air (Underwater Photography)
Fotografi bawah air biasanya
digunakan oleh penyelam scuba atau perenang snorkel. Namun, biaya scuba diving,
ditambah dengan peralatan fotografi sering mahal dan berat di bawah air,
membuat ini salah satu jenis kurang umum dalam dunia fotografi. Demikian pula
jika seorang fotografer amatir yang sudah memiliki peralatan fotografi bawah
air dan peralatan scuba, mengambil gambar bawah air dapat menjadi sesuatu yang
sulit, karena kacamata scuba yang besar dan mendistorsi visi fotografer.
j. Fotografi
Seni Rupa (Fine Art Photography)
Fotografi seni rupa, juga dikenal
hanya sebagai fotografi seni, mengacu pada cabang fotografi yang didedikasikan
untuk memproduksi foto untuk tujuan murni estetika. Fotografi seni, yang
biasanya dipajang di museum dan galeri, umumnya berkaitan dengan penyajian
benda-benda yang indah atau benda biasa dengan cara yang indah untuk
menyampaikan intensitas dan emosi.
7. Interpretasi Fotografi
Jika kita membahas foto
sebagai penangkap waktu, kita berurusan dengan tiga jenis foto:
- Foto dengan waktu mengambang, waktu seolah-olah berhenti, bisa kapan saja. contoh: foto lansekap, still life.
- Foto dengan waktu puncak atau sering disebut decisive moment, instant, tak terulang.
- Foto dengan waktu acak, sebelum atau sesudah waktu puncak, foto sepintas lalu dari kehidupan sehari-hari yang seolah-olah dibuat dengan serampangan, ambigu (bermakna ganda), dan secara komposisi klasik tidak seimbang.
Pembuatan karya fotografi
harus berdasarkan Deskripsi dan interpretasi. Deskripsi dan interpretasi harus
dinyatakan dengan baik dan terstruktur, terutama jika menyangkut rasa dan
perasaan. Kita dapat menggunakan dasar pertanyaan: “Apa yang saya rasakan?
Mengapa saya merasakan hal ini? Bagian mana dari karya ini yang menggugah
perasaan saya: obyeknya, bentuknya, atau medianya?”.
Umumnya kita menggunakan
istilah-istilah atau kata-kata sifat sebagai berikut: masuk akal, menarik,
pencerahan, berwawasan, bermakna, membuka pikiran, asli (original), atau
sebaliknya: tidak beralasan, tidak masuk akal (absurd), tidak mungkin, tidak
dapat dipercaya, tidak pantas, tidak layak, tidak cocok, tragedi, menyedihkan,
menegangkan, mengerikan, dan lain-lain.
Interpretasi yang benar dapat
masuk akal dan obyektif sejauh berdasar kaidahkaidah tersebut di atas. Suatu
interpretasi bahkan belum tentu benar meski datang dari si seniman sendiri,
karena mungkin si seniman berkarya tanpa intensi (khusus) tertentu alias
iseng-iseng saja, atau tidak perduli akan intensinya, dan menyerahkan apresiasi
sepenuhnya padapengamat. Bisa jadi kita sedang berurusan dengan seniman yang bekerja
atas dorongan lubuk hati atau pikiran bawah sadarnya (subconciousness), seperti
karya-karya Cindy Sherman, Sandy Skoglund, atau surealis ala Jerry Uelsmann.
Tetapi satu hal yang jelas, interpretasi yang baik dari seseorang terbuka
terhadap interpretasi lain dari orang lain, jadi (mungkin) di sinilah letak
subyektivitasnya. Kita mengandaikan bahwa ada banyak orang lain yang sedang
menginterpretasi karya ini juga. Tidak ada satu interpretasi yang sungguh benar
karena kita bisa menggunakan dasar interpretasi berbeda. Di sinilah pentingnya
peran komunitas fotografi sebagai ajang diskusi, tukar-menukar interpretasi.
Seniman akan merasa dihargai karena ada sekelompok orang yang secara konsisten
merekonstruksi karya-karyanya, membuatnya lebih matang berkarya.Kini jelaslah
bagi kita suatu opini atau apresiasi yang tidak berdasar pada ukuran-ukuran
yang diuraikan di atas adalah tidak berarti, tidak bermutu, dan tidak berguna.
Suatu penilaian atas karya foto yang hanya berdasar rasa suka atau tidak suka,
meletakkan penilaian hanya berdasar unsur teknis semata, atau menganggap suatu
karya foto (apalagi foto seni) adalah subyektif merupakan penilaian yang
dangkal, kerdil, dan tidak bertanggung jawab.
Sekian materi tentang FOTOGRAFI, sesuai KIKD Desain Grafis Percetakan Kelas XI Semester 2. Semoga bermanfaat...
0 Comments